Citra Satelit ESA Ungkap Dahsyatnya Kerusakan Banjir di Aceh - Pendobrak - Berani Berbeda

Citra Satelit ESA Ungkap Dahsyatnya Kerusakan Banjir di Aceh

Pendobrak
05 Desember 2025

 

Gambar ini diambil oleh Satelit Copernicus Sentinel-2 pada hari Sabtu, 29 November 2025, di atas wilayah di sebelah timur kota Lhokseumawe, di pesisir utara provinsi Aceh. (European Space Agency)

Satelit Badan Antariksa Eropa (ESA) menangkap skala banjir mematikan yang melanda sebagian wilayah Aceh. Foto ini merupakan salah satu bukti visual terjelas bencana yang telah meluluhlantakkan Sumatra bagian Utara sejak akhir November.


Citra beresolusi tinggi yang diambil oleh satelit Copernicus Sentinel-2 pada 29 November menunjukkan bentangan luas wilayah timur Lhokseumawe terendam, dengan permukiman dan lahan pertanian tampak hampir seluruhnya terendam air. Rilis ESA pada hari Kamis menyatakan bahwa citra satelit tersebut menyoroti tingkat kerusakan, karena hujan monsun yang luar biasa deras memicu banjir yang meluas di wilayah pesisir.


"Banjir parah disebabkan oleh hujan monsun yang deras di seluruh wilayah, dengan banjir bandang dan luapan sungai yang menggusur penduduk setempat dan menenggelamkan permukiman," demikian pernyataan ESA.


Misi Copernicus Sentinel-2 didasarkan pada konstelasi dua satelit identik yang berada di orbit yang sama tetapi di belahan bumi yang berlawanan. Setiap satelit membawa citra multispektral resolusi tinggi dengan jalur lebar yang inovatif dan 13 pita spektral.


Mengorbit pada ketinggian 786 km, misi ini melewati lokasi yang sama di Bumi setiap lima hari dan sering diminta untuk menyediakan data guna mendukung upaya tanggap darurat. Piagam Bencana, yang genap berusia 25 tahun ini, telah diaktifkan untuk menyediakan data satelit di seluruh Indonesia.


Pemerintah daerah menggambarkan banjir di Aceh Utara, yang dimulai pada 26 November, sebagai salah satu bencana alam terburuk yang melanda wilayah tersebut dalam beberapa dekade. Dalam surat resmi kepada presiden tertanggal 2 Desember, Bupati Aceh Utara Ismail A. Jalil mengatakan skala kerusakan "melebihi kerusakan yang disebabkan oleh gempa bumi dan tsunami 2004," mendesak pemerintah pusat untuk turun tangan karena kabupaten tersebut tidak mampu menangani keadaan darurat sendiri.


Menurut data terbaru dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) hingga Kamis, jumlah korban tewas telah mencapai 776, sementara 564 orang masih hilang. Sebanyak 2.600 warga lainnya terluka.


Di 50 kabupaten dan kota yang terdampak, kerusakan rumah tinggal telah mencapai 10.400 unit. Bencana ini juga menghancurkan 354 fasilitas umum, 132 rumah ibadah, sembilan fasilitas kesehatan, serta 100 gedung dan kantor pemerintahan. Di sektor pendidikan, 213 sekolah dan fasilitas belajar lainnya rusak, sementara 295 jembatan terdampak, yang sebagian besar kini tidak dapat dilalui. (JakartaGlobe/ESA)